[07.09.2015] Telah
menjadi hukum sejarah, bahwa setiap angkatan muda hidup dalam era dan zamannya
masing-masing, termasuk angkatan muda di indonesia. ini tidak berarti bahwa ada
penggalan-penggalan fase sejarah yang terpisah pada setiap generasi, melainkan
bahwa setiap generasi mempunyai problem kesejarahannya masing-masing yang harus
dipertanggungjawabkan demi kontinuitas sejarah kemanusiaan.
Karena
perbedaan problem zaman yang dihadapi oleh setiap generasi, mengakibatkan
munculnya solusi problem yang juga berbeda-beda. solusi yang ditawarkan oleh
setiap generasi atas zamannya masing-masing diejawantahkan dalam bangunan
gramatika politik yang khas. Begitupun dengan beberapa lapis generasi manusia
indonesia sampai pada hari ini, telah melahirkan berbagai gramatika politiknya
masing-masing.
Tentu kita
mengenal periodisasi angkatan muda indonesia, beberapa generasi telah berhasil
membangun gramatika politiknya sendiri, tapi tidak sedikit juga yang
sesungguhnya hanya melanjutkan gramatika politik generasi sebelumnya, atau
bahkan hanya melaksanakan gramatika politik yang diproduksi oleh kelompok lain.
Yang paling fenomenal dari beberapa periode angkatan muda indonesia adalah
angkatan 28 dengan sumpah pemudanya dan angkatan 45 yang mengantarkan indonesia
ke pintu kemerdekaan.
Sumpah
pemuda sudah berusia 87 tahun, sebuah usia yang demikian panjang untuk sebuah
gramatika politik yang dicetuskan oleh kaum muda. sumpah pemuda dapat dikatakan
berhasil, karena semua gerakan aksi dan aktivitas dari generasi pemuda
setelahnya, hanyalah merupakan kelanjutan atau reaktualisasi dari gramatika
politik ini, meskipun dengan cara yang berbeda. kenyataan ini melanda baik
angkatan ’45, angkatan ’66 maupun angkatan ’98.
Gramatika Politik Baru
Memang
tidak ada yang salah dalam gramatika politik angkatan ’28 ini, sebagai produk
dari sebuah generasi, sumpah pemuda sangat berhasil menjalankan fungsi pada
zamannya. Namun kita harus realistis bahwa era dan zaman yang dihadapi oleh
setiap generasi memiliki problem yang berbeda. Sehingga sangat mendesak untuk
kembali dilakukannya perumusan gramatika politik baru bagi kaum muda.
Dalam realitas,
kita dapat menyaksikan bagaimana gerakan kaum muda hari ini belum menghasilkan
sesuatu yang signifikan bagi perbaikan bangsa dan negara. Ini diakibatkan
karena kaum muda terjebak pada gramatika politik yang diproduksi oleh kaum tua
yang sampai hari ini masih bercokol disemua level kehidupan politik kenegaraan
kita, baik itu di eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
Gramatika
politik kaum tua menjebak gerakan kaum muda hanya berkutat pada
persoalan-persoalan artifisial kebangsaan, seperti isu bbm, penyaluran dana
kompensasi serta kinerja eksekutif, legislatif dan yudikatif. Sudah saatnya
pemuda kembali melakukan konsolidasi menyeluruh untuk menunjukkan eksistensi
dan keberadaannya yang signifikan dalam percaturan kehidupan kenegaraan dan
kebangsaan.
Pilihan
untuk merumuskan kembali gramatika politik kaum muda dilakukan setelah melihat
bahwa efektifitas gerakan angkatan muda sebelumnya bisa berhasil karena
ditopang oleh gramatika politiknya. Gramatika politik bermain di wilayah
bahasa, sementara itu, bahasa sebagai praktik material dibentuk sedemikian rupa
oleh jalinan kondisi dan pengalaman sosial kompleks yang melingkupinya (ashcroft,
dkk 1989). Jadi gerakan muda akan mampu menjawab tantangan zamannya jika
memiliki sebuah rumusan gramatika politik yang mumpuni.
Dengan
gramatika politik baru, kaum muda hari ini bisa menunjukkan eksistensinya dan
akan mampu mengambil alih wilayah sentrum bahasa dari kamu tua dengan gramatika
politiknya sendiri dan mengisinya dengan bahasa baru yang sepenuhnya sudah
disesuaikan dengan konteks era dan zaman serta problem yang dihadapi. Dengan adanya
gramatika politik yang baru, kaum muda akan mampu menjadi kekuatan untuk
membangun wacana tanding atas hegemoni kaum tua.
Setidaknya,
gramatika politik baru bekerja di tiga lapis wacana (discourse) yaitu, pertama, wilayah wacana (field of
discourse) dimana titik tekan gramatika politik difokuskan untuk menggeser
tema. Tema wacana politik selama ini masih tetap dikendalikan oleh kaum muda
dan menggiring gerakan muda untuk hanya ikut bermain dalam tema wacana politik
yang telah mereka produksi. Generasi muda hanya menjadi konsumen dan tidak
mampu melepaskan diri karena warna patronase politik yang masih kental dalam
realitas perpolitikan indonesia. Gerakan kaum muda indonesia belum pernah
menjangkau wilayah paradigmatik tapi hanya pada wilayah pragmatik.
Kedua, mode wacana (mode of discourse). Dalam lapisan ini,
gramatika politik baru kaum muda harus diterjemahkan pada tataran kata-kata.
dalam lapisan inipun dominasi kaum tua masih sangat kuat,
terminologi-terminologi yang lazim digunakan dalam dunia politik, belum ada
yang baru, semua berkutat pada terminologi yang itu-itu saja. Sebagai contoh,
pada hari ini, mode wacana kaum muda dijebak untuk hanya mengucap isu korupsi,
kolusi dan nepotisme.
Ketiga, lapisan ini mempersoalkan tentang penyampai wacana (tenor of discourse),
titik tekannya pada persoalan otoritas. maksudnya bahwa gramatika politik kaum
muda harus bisa menjadi pencerminan otoritas kaum muda dalam membangun wilayah
wacana (field of discourse) dan memproduksi mode wacana (mode of discourse). Dalam
realitasnya, gerakan kaum muda belum berhasil muncul sebagai otoritas politik
yang mandiri.
Sebenarnya
kondisi ketidakmampuan generasi muda memproduksi gramatologi politik baru
menunjukkan sebuah proses kolonisasi kesadaran oleh kaum tua terhadap gerakan
kaum muda. setelah demikian lama, sudah selayaknya gerakan kaum muda tidak lagi
ditunggangi oleh kekuatan tua. kaum muda harus muncul sebagai kekuatan
pembaharu yang diharapkan mengantar bangsa ini pada tata hidup yang lebih
beradab dengan gramatika politik baru.
Inilah
yang beberapa puluh tahun yang lalu menjadi harapan mulia dari muhammad hatta,
lahirnya “Generasi baru kaum terdidik, dengan kemampuannya untuk membebaskan
diri dari kolonial, lebih mungkin mengambil inisiatif untuk membangkitkan
kekuatan rakyat dan menyediakan basis teoritis bagi aksi-aksi kolektif”. Hatta menanti
lahirnya angkatan muda seperti ini, apakah sekarang adalah saat yang tepat? Jawabnya
kembali pada kita semua para generasi muda
Muhammad Kasman | twitter: @KasmanMcTutu | surel: kasmanku@gmail.com | pin bbm:
321ced75 | telp./sms/wa/line: 082293716538 | weblog:
http://kasmanpost.blogspot.com
Posting Komentar