[28.09.2015]
Meskipun perbedaan adalah rahmat dan menjadi ladang mendulang manfaat, namun
perselisihan tentulah pintu mudharat yang mengundang laknat.
Maka
ikhtiar untuk senantiasa mendorong persatuan ummat tak boleh terhenti, apapun
rintangan dan halangannya. Harapan akan persatuan tak boleh hilang dari memori
ummat, seberat apapun jalan yang harus ditempuh untuk mewujudkannya.
Bahkan, Allah swt. di dalam Al Qur'an menyatakan kecintaannya kepada mereka yang menegakkan agama Allah di atas pondasi persatuan ummat, "Sesungguhnya Allah mencintai mereka yang berjuang di jalanNya dalam barisan yang teratur, ibarat bangunan yang kokoh." (Q.S. 61:4).
Pernyataan
ini seharusnya menjadi motivasi utama dalam upaya kita untuk menjaga asa
persatuan.
Rasulullah
membina agama ini di atas pondasi yang sama, persatuan. Dengan telaten, sebagai
pemimpin ummat, Rasulullah memintal benang persatuan antara kaum Muhajirin
(mereka yang berhijrah dari Makkah ke Madinah) dan kaum Anshar (penduduk asli
Madinah yang menerima kaum Muhajirin dengan tangan terbuka dan lapang dada).
Masyarakat
Arab jahiliah yang sebelumnya saling bunuh karena perbedaan suku dan kabilah,
diikat dengan tali iman dan persaudaraan di dalam Islam, ukhuwah islamiyah.
H.O.S.
Tjokroaminoto –guru dari para pendiri
bangsa ini, secara tegas menempatkan persatuan ummat sebagai program azas
pertama dan utama yang harus ditegakkan oleh Sarekat Islam –organisasi pergerakan nasional terbesar yang
pernah ada di negeri ini.
Bagi
Tjokroaminoto, persatuan ummat adalah modal utama untuk melahirkan persatuan
bangsa.
Pada
suatu kesempatan, Tjokroaminoto berseru lantang, "Kita mencintai bangsa
kita dengan ajaran agama kita (Islam), kita berusaha sepenuhnya untuk
mempersatukan seluruh atau sebagian terbesar bangsa kita, ...dan meminta segala
sesuatu yang kita anggap dapat memperbaiki bangsa kita, tanah air kita, dan
pemerintahan kita."
Selain
sebagai hal yang demikian dicintai oleh Allah swt., persatuan merupakan hal
yang diperintahkan olehNya. "Dan berpeganglah kalian semua pada tali
(agama) Allah dan janganlah bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah
kepada kalian ketika kalian dahulu (di zaman Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka
Allah mempersatukan hati kalian, lalu jadilah kalian (karena nikmat Allah)
orang-orang yang bersaudara." (Q.S. 3:103).
Lalu
mengapa kita harus bersatu? Kenapa persatuan ummat itu begitu urgen? Hal itu
karena, secara internal, perpecahan dan bermusuh-musuhan adalah kondisi yang
begitu mengkhawatirkan.
Allah
memberi perumpamaan untuk kondisi ini, "Dan kalian telah berada di tepi
jurang neraka." (Q.S. 3:103). Maka Allah menyelamatkan manusia dari
kondisi sedemikian melalui nikmat persatuan.
Secara
eksternal, persatuan ummat menjadi penting, sebab musuh-musuh Islam, mereka
yang menentang kemajuan ummat, juga senantiasa berkonsolidasi, saling membantu,
dan membangun front persatuan di antara mereka, "Dan orang-orang yang
kafir, sebagian mereka melindungi sebagian yang lain." (Q.S. 8:73).
Untuk
menghadapi itu, maka ummat islam juga dituntut meluruskan shaf dan merapatkan
barisan, bukan hanya ketika akan shalat berjamaah, melainkan juga ketika
menghadapi musuh.
Dengan
persatuan yang kokoh, ummat Islam akan lebih mudah untuk mewujudkan kemerdekaan
di bidang politik, kemandirian di bidang ekonomi, dan melahirkan karakter khas
dalam berkebudayaan.
Dengan
demikian, maka lahirnya Islam bertamaddun, Islam berperadaban bukan hal yang
mustahil. Semua itu dimulai dari langkah pertama: mewujudkan persatuan ummat.
Semoga.
Muhammad Kasman | twitter:
@KasmanMcTutu | surel: kasmanku@gmail.com | weblog:
http://kasmanpost.blogspot.com | telp./sms/wa/line: 082293716538 | pin bbm:
321ced75
Posting Komentar