Ode Untuk HOS Tjokroaminoto
Oleh:
Zawawi Imron
Saat
ini akan saya sebut sebuah nama
Dan
dalam menyebut nama beliau
Tak
cukup hanya dengan Bahasa melati dan mawar
Tapi
juga
Dengan
bahasa batu karang
Yang
selama ribuan tahun tak bisa di goyang terjangan gelombang.
Siapa
nama orang itu?
Tanya
anak kecil yang masih fitrah
Orang
itu adalah HOS Tjokroaminoto
Orang
itu adalah bunga yang mekar semerbak
Karena
bertekad mengangkat harkat martabat rakyat yang melarat.
Bangsa
ini harus dipandu menuju alam yang basah oleh madu
Kita
harus jadi penyalur kasih saying Allah
Kepada
seluruh umat
Bumi
nusantara tak boleh basah oleh air mata
Kita
harus berbuat nyata
Agar
rakyat jelata yang ditindas dan dilindas oleh penjajah yang jahat dan serakah
Bisa
bangkit, bangkit!
Bisa
mengusir ketakutan
Bisa
menepis rasa sulit dan segenap rasa sakit
Rakyat
harus maju
Melawan
penindasan dan keserakahan
Karena
tidak ada kesejahtaran tanpa kemerdekaan.
Bahkan
penjajahan yang paling sopanpun harus dilawan
Apa
lagi memang terasa rakyat jelata sudah megap-megap
Tak
bisa bernafas dalam dam penjajahan.
Dan
sangat jelas:
Rakyat
yang diinjak dan penjajahan yang menginjak
Rakyat
yang dirampok dan pemerintah yang merampok
Pak
Tjokro tidak terima kenyataan ini
dan
Pak Tjokro dating kemana-mana
Menyaksikan
dengan nyata wajah bangsanya yang terluka
Melihat
nasib bangsanya yang tersiksa
Hati
Pak Tjokro melelehkan darah
Beliau
marah
Tapi
malah beliau seirama dengan nafas ayat-ayat ilahi.
Sekarang
kita kenang
Perjuangan
HOS Tjokroaminoto
Suara
beliau yang menggetarkan menyatakan kebenaran
Suara
beliau yang menggelegar mengutuk kekejaman, kedholiman
Membuat
keder hati para penguasa colonial
Tapi
hati Pak Tjokro tetap bersujud
Pada
Allah.
Kita
kenang HOS Tjokroaminoto
Beliau
berjuang tanpa takut kepada bahaya
Dan
kalua beliau datang kemana-mana
Rakyat
jelata menyambutnya beramai-ramai
Seperti
menyambut datangnya kemerdekaan yang dirindukan
Karena
hakikat jiwa Pak Tjokro adalah fajar kemerdekaan itu sendiri.
Pak
Tjokro sebagai pemimpin
Tidak
hanya hebat sendiri
Teman-teman
seperjuangannya,
H.
Samanhudi, H. Agus Salim, Wondo Amiseo, AM Sangaji
Adalah
meteor-meteor yang gemilang dalam perjuangan kemerdekaan.
Karena
kebersamaan yang berupa himpunan
Akal
sehat kolektif adalah kekuatan yang maha dahsyat.
Setelah
Pak Tjokro wafat dipanggil Allah
Murid-murid
beliau punya refleksi sejarah yang dalam
Tjokroaminoto
boeh wafat
Tapi
semangat jiwa kerakyatan dan semanagat kemerdekaan
Tetap
berkobar di dada murid-muridnya.
Api
sejarah Tjokroaminto hidup pada pidato-pidato Bung Karno
Semangat
Tjokroaminoto tetap hidup pada jiwa seluruh pejuang kemerdekaan.
Kita
yang sekarang mengenang beliau di sini
Perlu
bertanya kepada diri sendiri
Sanggupkah
kita mengukir
Sejarah
seperti beliau, HOS Tjokroaminoto?
Ode ini dibacakan oleh Zawawi Imron
saat acara Sarasehan 110 Tahun Kebangkitan Nasional.Tanggal 16 Oktober 2015 di
Tugu Proklamasi yang diselenggarakan oleh Yayasan Rumah Peneleh.
D. Zawawi Imron | Budayawan |
Penyair yang bergelar “Celurit Emas”
Sumber:
Portal Yayasan Rumah peneleh
Posting Komentar