JAKARTA - Ada sesuatu
yang menarik dalam rangkaian acara Tasyakur Milad ke 110 Syarikat Islam
Indonesia yang diselenggarakan Rabu kemarin (14/10/2015).
Mungkin
sesuatu hal yang tidak lazim dilakukan, bahkan dalam upacara kenegaraan
sekalipun. Tetapi dalam setiap perhelatan akbar, Syarikat Islam Indonesia sudah
terbiasa melakukannya.
Adalah
dibacakannya kembali Piagam Jakarta, mutiara hasil perjuangan ummat Islam yang
selama ini sengaja dihapuskan dalam sejarah. Bila selama ini, wacana Piagam
Jakarta distigmatisasi sebagai tujuan perjuangan aliran ekstrimisme Islam, maka
pada setiap perhelatan akbar kaum SI Indonesia, Piagam Jakarta ditempatkan
sebagai plot historitas terpenting menuju Indonesia yang merdeka.
Dalam
pidato yang disampaikannya, Presiden Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam
Indonesia, H. Muflich Chalif Ibrahim menyampaikan bahwa dengan mengawali
pembacaan Piagam Jakarta dilanjutkan dengan pembacaan Pembukaan UUD 1945,
Syarikat Islam Indonesia ingin mengingatkan kepada bangsa ini, bahwa perjuangan
untuk mewujudkan Indonesia yang merdeka penuh dengan rintangan.
“Tidak
mungkin Negara Indonesia terlahir tanpa jiwa Piagam Jakarta yang memulakannya,
karena Piagam Jakarta merupakan ruh kebangsaan yang memberi kehidupan yang
luhur kepada Republik Indonesia. Namun atas Rahmat Allah SWT, bangsa kita dapat
melalui semua proses dialektika politik kebangsaan di masa lalu melalui
musyuwarah-musyawarah yang elegan dan mencerahkan” terangnya di hadapan ribuan
kaum SI Indonesia yang memadati Gedung Graha Jalapuspita Jakarta Pusat.
“Jangan
pernah ragukan warna merah putih dalam setiap darah perjuangan Syarikat Islam
Indonesia. Sejak kelahirannya di Tahun 1905, SI Indonesia merupakan gerakan
kebangsaan yang paling perdana mengkonsolidasi rakyat untuk mengusir
imprealisme dan kolonialisme kaum penjajah. Meski kami lebih tua dibanding
Muhammadiyah dan NU, namun kami selalu berpandangan visioner bahwa yang masa
depan harus diproyeksikan berdasarkan kebenaran sejarah yang tak terbantahkan.
Seperti itulah jiwa Piagam Jakarta yang pada akhirnya melahirkan Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945,” pungkas
Dalam
Tasyakur Milad ke 110, Wakil Presiden Lajnah Tanfidziyah, Asep Salim Tamim, SE
bertindak sebagai pembaca Piagam Jakarta. Sedangkan untuk Pembukaan UUD 1945
dibacakan Sekjen Dewan Pusat, Ferry Aspari.
Posting Komentar