PALOPO – Di hadapan aktivis mahasiswa
Universitas Cokroaminoto Palopo (UNCP), Ketua Umum Pimpinan Wilayah (PW) Pemuda
Muslimin Indonesia Prov. Sulsel, Muhammad Kasman, S.E., M.Si. memaparkan
paradigma gerakan yang diusung oleh Tjokroaminoto, rabu (19/10/2016) malam.
“Sebagai mahasiswa dari kampus yang didirikan oleh kader
Syarikat Islam Indonesia dan mengusung nama besar Tjokroaminoto, selayaknya
kalian memahami paradigma gerakan yang diusung oleh Tjokroaminoto.” Terang Kasman
yang didampingi oleh Ketua Bidang Pembinaan Kader dan Aparatur PW Sulsel, Abdul
Zahir, S.Pd., M.Pd. yang juga merupakan Dosen di UNCP.
Menurut Kasman, gerakan Tjokroaminoto berlandaskan pada
sandaran gerak perjuangan atau trilogi perjuangan yang termaktub dalam Program
Azas dan Program Tandhim Syarikat Islam Indonesia. “Sebersih-bersih tauhid,
setinggi-tinggi ilmu, dan secerdas-cedas siyasah.” Lanjut Kasman.
Masih menurut Kasman, “Pemikiran Tjokro itu, unik. Kalau kaum
idealis pengikut Hegel percaya bahwa sejarah dan perubahan sosial digerakkan
oleh dialektika ide, kaum Marxian mengatakan bahwa itu digerakkan oleh
dialektika material, maka Tjokro berbeda.”
“Tjokro percaya pada dialektika historis sebagaimana Hegel
dan Marx, tapi bagi Tjokro, dialektika itu terjadi antara kesadaran tauhidi
dengan realitas sosial atau dunia material. Tjokro percaya bahwa tauhid itu
lebih bersifat praktis dibanding teoritik.” Urai Kasman.
Pada kesempatan tersebut, Kasman mengenalkan terminologi
Monoteisme Dialektika Historis sebagai paradigma gerakan Tjokro. “Keyakinan tauhidi
yang bercorak monoteistik dan eksis dalam dinamika sejarah, berarti bahwa Tuhan
tak pernah berlepastangan dari sejarah, manusia yang bertauhid hadir sebagai
khalifah untuk menjawab problem sosial dan mencegah manusia terjebak pada
kubangan materialisme.”
“Tapi, tauhid yang bersih saja tidak cukup, maka disitulah
peran ilmu yang tinggi untuk mem-break down tauhid menjadi seperangkat
metodologi yang bisa menjadi alat untuk merumuskan metode yang tepat bagi setiap
persoalan. Nah, pilihan atas metode tertentu, ditentukan oleh kecerdasan kita
dalam melakukan analisis yang bersifat siyasih.” Pungkas Kasman.
Posting Komentar