TAKALAR - Langit cerah, halaman kiri Sekretariat Pimpinan Cabang Pemuda Muslimin Indonesia Kab. Takalar telah berhias jadi bak panggung teater. Adalah Ahmad Rusaidi, S.Pd.I, Ketua Bidang Pengembangan Organisasi PW Sulsel dan Rustam, S.Pd.I, Sekum PC Takalar yang jadi tukang soleknya.
Malam itu, Ahad (27/11/2016) bulan sabit meremang, halaman kiri markas perjuangan kader PC Takalar itu pencahayaannya diatur temaram. Ada dinding anyaman pelepah sagu yang dijadikan pembatas belakang, di tengahnya bertengger bendera merah kebesaran Pemuda Muslim. Di depannya ada sepasang kursi, dua tiang mikrofon dan sebuah gitar.
Dinding sebelah kiri dibiarkan sendu, dengan tempelan pigura tanpa wajah, kipas angin yang kelelahan, tingkap meteran air yang salah posisi, dan jam dinding yang kehilangan daya untuk menghitung. Selebihnya, wajah dinding dibiarkan menunjukkan jalaran jamur penghias kelembaban.
Perlahan, para kader berkumpul, satu persatu, lalu mereka berbagi kata dan menikmati rima. Bergantian mereka maju, melafazkan puisi yang mereka gubah atau mereka pilih entah dari karya siapa. Semua berpadu salam malam puisi yang dikemas dengan tema, "Ketika Hati Butuh Puisi".
Selaku tuan rumah, Ketua Umum PC Takalar, Syaharuddin, S.Pd.I. menuturkan bahwa kegiatan ini digelar sebagai alternatif bentuk peringatan Milad ke-88 Pemuda Muslimin Indonesia. "Memperingati milad tak harua melulu upacara, seminar atau diskusi. Mengasah rasa juga bisa menjadi pilihan."
Maka malam itu, para kader yang berkesempatan hadir dalam persamuhan, dijamu dengan adonan kata dan racikan rima. Semua larut dalam irama, ada tawa, ada ceria, pun ada sendu dan kelu, tapi semua mengikat diri dalam satu komitmen, seiring kian bertambah usia, Pemuda Muslim harus kian progresif.
Posting Komentar