MAKASSAR, Pekan-pekan terakhir kita begitu menegangkan, usai terjadi keributan di Markas Komando Brimob, Depok, tiba-tiba rentetan ledakan bom terjadi di Surabaya. Ketakutan menyebar di ruang publik, teror yang berulang dengan resonansi yang kian membesar, membuat gaduh ruang publik.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Pimpinan Wilayah Pemuda Muslimin Indonesia Prov. Sulsel, Muhammad Kasman angkat bicara. Menurutnya, peristiwa teror adalah hal yang tidak disukai oleh siapapun, apapun latar belakangnya.
"Kita tak bisa mentolerir setiap bentuk teror yang menimbulkan keresahan, bahkan ketakutan di tengah masyarakat. Rasa aman adalah hak dari setiap warga negara!" Tegas Kasman.
Lanjutnya, "Tapi, tak cukup kita menghadapi teror dengan tagar #KamiTidakTakut, atau beramai-ramai mengeluarkan kutukan. Yang dibutuhkan adalah langkah serius dan komprehensif untuk mencegah ekstrimitas."
Menurutnya, tindakan ekstrim yang menjelma menjadi teror berangkat dari keresahan, kekesalan, dan kekecewaan yang bertemu dengan situasi yang memprovokasi. Bila potensi ledakan ini tak terkanalisasi dengan baik, maka akan mendorong tindak destruktif.
"Di situlah fungsi ormas baik keagamaan maupun kepemudaan untuk mengkanalisasi keresahan dan kekecewaan ini pada saluran yang tepat, sehingga dia jadi produktif. Sebab kita belum mampu memupus itu, maka yang dilakukan adalah kanalisasi." Terangnya.
Kasman juga menegaskan bahwa program deekstrimisasi secara komprehensif harus dimiliki dan dijalankan oleh seluruh ormas baik keagamaan maupun kepemudaan yang ada.
"Bila proses ini bisa berjalan dengan kontinu, maka benih ekstrimitas bisa diredam sehingga tindak teror bisa ditekan, dan kita tidak harus capek mengeluarkan kutukan setiap kali ada serangan teror. Kutukan yang sesungguhnya tidak memiliki tuah sama sekali." Pungkasnya.
Posting Komentar